Tak Cukup Sekali Untuk The Sound Of Music

Minggu, 13 September 2015 - 12:57 WIB
Tak Cukup Sekali Untuk The Sound Of Music
Tak Cukup Sekali Untuk The Sound Of Music
A A A
POPULARITAS The Sound of Music tak terbantahkan lagi sebagai drama musikal yang sangat sukses dan tetap dicintai sejak difilmkan pada 1965 lalu. Hingga sekarang, film ini masih ditonton berkali-kali dari generasi ke generasi di seluruh dunia.

Tahun ini tepat 50 tahun musikal karya Richard Rodgers dan Oscar Hammerstein II diangkat ke layar sinema. Inilah momen paling tepat untuk menikmati lagi kisah Maria von Trapp bersama keluarganya yang hidup dari musik. Pilihan tak lagi hanya dalam film, juga menyaksikan langsung kisah klasik ini di atas panggung, sebagaimana versi asli The Sound of Music.

Jakarta patut berbahagia karena menjadi salah satu kota tujuan The Original Andrew Lloyd Webber and David Ian West End London Production. Mereka menampilkan kembali musikal yang dipertunjukkan di Broadway sejak 16 November 1959 dan meraih enam penghargaan Tony Awards. Sebelum tampil di Ciputra Artpreneur Theater,

Jakarta, 6-18 Oktober 2015, KORAN SINDO berkesempatan menonton langsung musikal The Sound of Musicdi Kota Zhengzhou, Provinsi Henan, sebagai kota terakhir yang disinggahi selama tur di China. Bagi penggemar The Sound of Music, bahkan untuk yang baru pertama kali menonton filmnya, musikal di Grand Theatre, Henan Art Centre, pada Rabu 3 September 2015 lalu, memberikan pengalaman luar biasa.

Sejak awal pertunjukan hingga berakhir dua setengah jam, The Sound of Music memukau penonton yang memenuhi gedung berkapasitas 1.800 kursi itu. Tepuk tangan terdengar hampir di setiap pergantian adegan. Lagulagunya yang klasik, seperti The Sound of Music, Do-Re-Mi, My Favorite Things, Edelweiss, Climb Ev’ry Mountain, Maria, I Have Confidence, Sixteen Going on Seventeen, The Lonely Goatherd, So Long, Farewell,dan Something Good mengalun indah di atas panggung.

Maria Rainer, calon biarawati yang ditugaskan merawat tujuh anak Captain von Trapp, diperankan dengan sangat baik oleh Carmen Pretorius. Muncul pertama kali membawakan lagu The Sound of Musicdengan latar belakang bukit-bukit hijau di Austria, suara Maria yang lembut sudah menyapa hangat para penonton.

Sosoknya sebagaimana terlihat di layar lebar dan diperankan oleh Julie Andrews yang legendaris itu, berambut pendek, periang, selalu tampak bersemangat, berjiwa pemberontak, tapi juga lucu. Dengan gitar, lagu-lagu, dan kehangatan hatinya, dia berhasil merebut hati ketujuh anak Captain von Trapp yang dididik keras.

Sementara Mark Rayment, yang memerankan Captain von Trapp, juga tampil maksimal sebagai seorang ayah yang sangat keras mendidik ketujuh anaknya. Di balik sikapnya itu, dia sebenarnya sangat mencintai anakanaknya. Dalam kisah ini, Captain von Trapp akhirnya jatuh hati dan menikahi Maria.

Dalam beberapa adegan antara Captain dan Maria, seolah sudah ada chemistryyang membuat penampilan mereka alami. Penampilan tujuh anak Captain von Trapp menjadi paling dinantikan. Merekalah yang menciptakan keceriaan dalam pertunjukan itu. Semua tampil alami dan menjiwai perannya, mulai pemeran si sulung Liesl, Lousia, Friedrich, Kurt, Brigitta, Marta, hingga si bungsu Gretl yang paling menggemaskan.

Tengok saja saat mereka menyanyikan lagu So Long Farewell. Koreografinya selalu mengundang tawa. Begitupun ketika menyanyikan lagu Do-Re-Mi, mereka membuat penonton riang ingin ikut bernyanyi. Akting pemeran lain juga harus diacungi jempol. Banyak adegan mengundang tawa selama pertunjukan The Sound of Music, tapi banyak juga yang membuat mata berkaca-kaca.

Salah satu adegan paling mengharukan saat Captain von Trapp menyanyikan Edelweiss, tampil menghibur para tentara Nazi. Di tengah lagu, dia sempat terdiam karena tak sanggup menahan tangisnya. Lantas, Maria dan ketujuh anaknya ikut menyanyi bersama dia. Namun, dari semua adegan di pertunjukan itu, Janelle Visagie, pemeran Mother Abbess-lah yang membuat penonton paling merinding.

Saat dia menyanyikan Climb Ev’ry Mountain, gedung teater hening seketika. Suaranya seolah mengandung magis, menggetarkan hati. Penonton bahkan tak sadar telah menangis. Lagu ini pula yang dinyanyikan Mother Abbess bersama para pemeran di akhir pertunjukan, menyempurnakan malam itu.

Secara menyeluruh, pertunjukan ini memuaskan penonton. Selain tepuk tangan meriahbagi para pemeran, penonton memberikan standing ovationkepada para pemusik. Tata panggungnya pun sangat menakjubkan, apalagi mengingat semua peralatan harus dibawa show.

Mulai dari tata panggung di biara, vila Captain von Trapp, lembah serta pegunungan di Salzburg, Austria, pepohonan, menampilkan kesan nyata seperti di filmnya. Jika banyak orang mengatakan tidak pernah bosan menonton, baik film dan musikalnya, tidak mengherankan.

Ada sesuatu yang ajaib dalam The Sound of Musicyang memberikan ketenangan bagi jiwa sehingga tak cukup sekali untuk menontonnya. Pesan keluarga Von Trapp tentang cinta, persaudaraan, harapan, dan pentingnya peran keluarga, tak akan lekang oleh waktu.

Maria christina malau
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8358 seconds (0.1#10.140)